Rupiah kembali tak berdaya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Senin (16/5). Sementara itu, hampir seluruh mata uang Asia juga melemah terhadap dolar AS menyusul data ekonomi China yang mengecewakan.
Retail Sales dan Industrial Production Tiongkok jeblok di bawah ekspektasi dengan angka masing-masing -11,1% dan -2,9% pada periode April, sebagai akibat dari pembatasan Covid-19.
Faktor eksternal lainnya yang masih membebani mata uang Asia adalah proyeksi pengetatan moneter Federal Reserve (bank sentral AS/The Fed) yang agresif sebagai upaya untuk membendung laju inflasi. Investor khawatir, beberapa kenaikan suku bunga The Fed justru akan menghambat pemulihan ekonomi global, terutama jika langkah tersebut tak mampu meredam lonjakan inflasi.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup merosot 84 poin atau 0,57% ke level Rp 14.696,5 per dolar AS.
Hingga pukul 15.00 WIB, hanya dolar Taiwan yang mampu bertahan menguat terhadap dolar AS setelah ditutup menguat tipis 0,03% pada hari ini.
Rupee India menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah anjlok 0,60%. Disusul rupiah dan kemudian baht Thailand yang terdepresiasi 0,29%.