Mengawali pekan, rupiah lesu bersama hampir seluruh mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini.
Sejumlah pengamat mengatakan, penguatan dolar AS terjadi setelah merebaknya kasus utang jumbo perusahaan properti raksasa China Evergrande. Dukungan terhadap USD pun bertambah karena investor tengah menanti pengumuman pengurangan pembelian obligasi dari Federal Reserve (The Fed/bank sentral AS).
Sementara, dari dalam negeri, perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4, 3, dan 2 di Jawa-Bali yang berakhir di hari ini, membebani rupiah. Pelaku pasar masih menebak pengumuman baru terkait PPKM.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot melemah 20 poin atau 0.14% ke posisi Rp 14.242,5 per dolar AS pada penutupan perdagangan Senin (20/9).
Kurs Jisdor (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate) juga melemah hari ini. Sekarang di posisi Rp 14.251, melemah 0,13% dibandingkan Jumat (17/9).
Hingga pukul 15.00 WIB, yen Jepang jadi satu-satunya mata uang Asia yang bertahan di zona hijau setelah menguat 0,15%. Sedangkan, won Korea Selatan memimpin pelemahan setelah anjlok 0,98%, disusul peso Filipina yang turun 0,53%.