Mengawali bulan September, rupiah mengakhiri reli 3 hari beruntun di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, seiring pelemahan mayoritas mata uang Asia lainnya.
Salah satu faktor yang menyebabkan rupiah tertekan adalah rilis data ekonomi Indonesia yang tidak sesuai ekspektasi pasar. Data inflasi inti untuk periode Agustus mencatatkan angka 0.21 persen secara bulanan (month-over-month).
Faktor lainnya adalah kecenderungan pasar mengambil sikap wait and see menjelang rilis data ketenagakerjaan AS yang dijadualkan Jumat (3/9) pekan ini.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot melemah 15 poin atau 0.11 persen ke posisi Rp 14.282,5 per dolar AS pada penutupan perdagangan Rabu (1/9/2021), setelah bergerak di rentang 14.255,00 – 14.305,00.
Berbanding terbalik dengan rupiah spot, kurs Jisdor (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate) yang diterbitkan Bank Indonesia berada di posisi Rp 14.284 per dolar AS, menguat 0,15 persen dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 14.306 per dolar AS.
Hingga pukul 15:00 WIB, rupiah melemah bersama mayoritas mata uang Asia. Pesso Filipina memimpin dengan pelemahan 0,62 persen, disusul baht Thailand yang melemah 0,40 persen. Yen Jepang melemah 0,32 persen, dolar Taiwan melemah 0,21 persen, dolar Singapura melemah 0,12 persen terhadap dolar AS.
Sedangkan won Korea dan ringgit Malaysia menguat terhadap dolar AS dengan penguatan masing-masing 0,18 persen dan 0,11 persen.