Penguatan Dolar Terkikis Setelah Rilis data PMI AS

Sempat menguat lumayan tajam pada perdagangan Selasa (24/1), tapi kemudian terkikis setelah rilis data PMI AS. Sehingga, Dolar AS kembali bergerak cukup stabil tak jauh dari level terendah 9 bulan.

Hingga pukul 23:23 WIB, Indeks Dolar AS yang mewakili kekuatan USD terhadap beberapa mata uang utama lainnya terpantau menguat tipis 0.01% di kisaran level 102.01.

INDEKS DOLAR AS – TIME FRAME DAILY

S&P Global melaporkan hari ini bahwa Purchasing Manager’s Index (PMI) sektor jasa AS pada periode Januari berada di level 46.6, melebihi ekspektasi 45.3 dan naik dari data bulan sebelumnya di level 44.7. Dengan begitu, aktivitas bisnis di sektor jasa AS masih terkontraksi tapi membaik dari bulan sebelumnya.

PMI sektor manufaktur AS pada periode yang sama berada di level 46.8, melebihi ekspektasi 46.0 dan naik dari data bulan sebelumnya di level 46.2. Sehingga, aktivitas bisnis di sektor manufaktur AS juga masih terkontraksi, meski membaik dari bulan sebelumnya.

Chris Williamson, Kepala Ekonom Bisnis di S&P Global Market Intelligence, mengatakan:

“Ekonomi AS telah memulai tahun 2023 dengan catatan yang mengecewakan. Aktivitas bisnis kembali berkontraksi di bulan Januari. Meskipun moderat dibandingkan dengan bulan Desember, tingkat penurunannya termasuk yang paling tajam sejak krisis keuangan global 2008, yang mencerminkan penurunan aktivitas manufaktur dan jasa.”

“Pertumbuhan data tenaga kerja juga telah melandai. Bulan Januari mencatat peningkatan pendapatan yang jauh lebih lemah daripada yang terlihat sepanjang tahun lalu. Ini mencerminkan keragu-raguan untuk memperluas kapasitas dalam menghadapi kondisi perdagangan yang tidak pasti di bulan-bulan mendatang.”

“Kekhawatirannya adalah, hasil survei tidak hanya menunjukkan penurunan dalam kegiatan ekonomi di awal tahun, tetapi juga tingkat inflasi biaya telah meningkat memasuki tahun baru, sebagian terkait dengan tekanan kenaikan upah yang dapat mendorong kenaikan harga. Sehingga, pengetatan kebijakan Fed bisa berlanjut meskipun risiko resesi meningkat.”

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *