Sempat menguat di sesi Asia, tapi kemudian kembali turun di sesi Eropa dan berlanjut melemah di awal perdagangan sesi New York pada hari ini, Jumat (27/5). Ini membuat Dolar AS berada di jalur penurunan mingguan terbesar dalam hampir 4 bulan terakhir terhadap beberapa mata uang utama lainnya.
Hingga pukul 21:24 WIB, Indeks Dolar AS yang mengukur kekuatan USD versus sejumlah mata uang utama lainnya terpantau melemah 0.18% di kisaran level 101.57.
Adapun pada perdagangan Kamis (26/5), Indeks Dolar ditutup melemah 0.31% ke level 101.76.
Kenaikan Dolar AS yang ditopang proyeksi kenaikan suku bunga yang agresif oleh Federal Reserve (bank sentral AS/The Fed) kemungkinan telah mengambil jeda untuk sementara ini. Beberapa faktor menjadi alasannya, antara lain: penurunan imbal hasil Treasury AS, data ekonomi yang lemah, serta komentar berhati-hati oleh beberapa pejabat The Fed.
Analis ING mengatakan: “Spekulasi tentatif pasar tentang jeda dalam siklus pengetatan The Fed pada bulan September pasti akan berkontribusi menjaga dolar tetap melemah.”
Sementara itu, beberapa analis berhati-hati terhadap kemungkinan tersebut, lantaran kondisi ekonomi global dan tensi geopolitik yang masih diliputi ketidakpastian.
Kenneth Broux, analis Societe Generale di London, mengatakan: “Penyeimbangan kembali portofolio di akhir bulan Mei diharapkan dapat memberikan dorongan kepada dolar, sehingga dolar akan mampu mengikis pelemahannya untuk bersiap menghadapi data tenaga kerja AS pekan depan.”