Menutup perdagangan pekan ini, rupiah berhasil menguat di saat mayoritas mata uang Asia tertekan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Sejumlah pengamat mengatakan, neraca dagang RI yang dirilis 15 September, serta turunnya kasus Covid-19 di Tanah Air, menjadi faktor yang menopang rupiah kali ini.
Nilai ekspor Indonesia sebesar US$ 21,42 miliar di bulan Agustus 2021. Sedangkan, angka impor US$ 16,68 miliar. Sehingga, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan yang mencapai US$ 4,74 miliar. Ini melebihi surplus US$ 2,59 miliar di bulan Juli, sekaligus merupakan angka surplus tertinggi sepanjang masa.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup terapresiasi 30 poin atau 0.21 persen ke level Rp 14.225,5 per dolar AS. Dengan hasil ini, rupiah spot melemah 0.14 persen dalam sepekan.
Kurs Jisdor (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate) juga menguat hari ini. Sekarang di posisi Rp 14.233, dibandingkan sebelumnya yang berada di Rp 14.238 per dolar AS.
Hingga pukul 15.00 WIB, mayoritas mata uang di Asia cenderung melemah terhadap dolar AS. Sedangkan, rupiah memimpin penguatan.
Ringgit Malaysia menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah turun 0,38%, disusul won Korea Selatan yang melemah 0,32%.
Sementara itu, yuan China berada satu tingkat di bawah rupiah setelah naik 0,08%, disusul peso Filipina yang ditutup menguat 0,02% terhadap dolar AS.