Mengawali pekan, rupiah ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS), bersama dengan beberapa mata uang Asia lainnya.
Lemahnya data NFP AS yang dirilis Jumat (3/6) masih menjadi faktor yang menopang penguatan rupiah. Dari dalam negeri, kasus Covid-19 yang melandai turut berkontribusi mendukung mata uang Garuda meskipun ada kemungkinan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) masih akan diperpanjang.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot terapresiasi 40 poin atau menguat 0.28 persen ke posisi Rp 14.222,5 per dolar AS pada penutupan perdagangan Senin (6/9/2021), setelah bergerak di rentang 14.217,50 – 14.257,50.
Rupiah Jisdor juga menguat. Kurs Jisdor (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate) yang diterbitkan Bank Indonesia berada di level Rp 14.239 per dolar AS, menguat 0,15 persen dari Jumat (3/9) pekan lalu yang ada di posisi Rp 14.261 per dolar AS.
Di Asia, rupiah menguat bersama beberapa mata uang lainnya. Hingga pukul 15:00 WIB, dolar Taiwan naik 0,27 persen, baht Thailand menguat 0,19 persen, won Korea menguat 0,04 persen dan yuan China naik 0,02 persen terhadap dolar AS.
Sedangkan sisanya berada di zona merah. Di antaranya adalah peso Filipina yang memimpin pelemahan mata uang dengan penurunan 0,24 persen, disusul yen Jepang yang turun 0,16 persen, dolar Singapura melemah 0,09 persen, rupee India melemah 0,08 persen, dolar Hong Kong melemah 0,03 persen dan ringgit Malaysia melemah 0,01 persen terhadap dolar AS.