Prospek IHSG di Tengah Sentimen Sell in May and Go Away

Pasar saat ini sedang menanti rapat/pertemuan FOMC (Federal Open Market Committee) yang akan digelar 2 – 3 Mei 2023. Agenda ekonomi ini penting dan diperkirakan berdampak tinggi mempengaruhi sentimen karena terkait dengan keputusan suku bunga Federal Reserve (bank sentral AS/The Fed).

Bursa Efek Indonesia (BEI) sedang libur pada hari ini, Senin (1/5), dalam rangka memperingati Hari Buruh Internasional. Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,43% atau 29,761 poin ke level 6.915,716 pada perdagangan Jumat (28/4). Namun, dalam sepekan terakhir, IHSG berhasil melaju 1,42%.

INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) – TIME FRAME DAILY

Dari chart Daily di atas, tampak bahwa outlook jangka pendek cenderung bullish untuk sementara ini. IHSG bergerak di atas kurva MA-50, dengan indikator RSI yang berada di teritori positif. Pada skenario ini, level psikologis 7.000 menjadi target terdekatnya.

Di awal bulan Mei ini, investor akan mencermati sejauh mana sentimen “Sell in May and Go Away” bisa menggoyang pasar. IHSG sempat melesat usai libur Idul Fitri, meski akhirnya tertahan dengan penurunan 0,43% pada perdagangan Jumat (28/4).

Sebagai informasi, secara historis dalam lima tahun terakhir, hanya pada Mei 2020 IHSG bergerak positif dengan penguatan 0,79%. Sedangkan pada tahun 2018, IHSG terkoreksi 3,14%. Tahun 2019 IHSG ambles 3,81%, 2021 turun 0,80% dan pada tahun 2022 terjadi pelemahan 1,11%.

Namun, sejumlah pengamat cukup optimis bahwa sentimen Sell In May and Go Away, akan relatif minim pada tahun ini, ditopang oleh katalis eksternal dan domestik.

Mulai dari kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan tidak lagi agresif, kemudian karena tren menguatnya rupiah terhadap dolar AS. Ditambah dengan ekspektasi suku bunga acuan BI yang masih tetap stabil, hingga peningkatan arus dana investasi asing ke pasar modal domestik.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *