Dolar AS Melemah, ECB Naikkan Suku Bunga Acuan

Dolar AS masih terpantau melemah versus major currencies di sesi New York, Kamis (16/4). Sehari sebelumnya, USD melonjak tajam menyusul anjloknya harga saham Credit Suisse yang memicu kekhawatiran baru tentang kesehatan bank di Eropa setelah runtuhnya Silicon Valley Bank dan Signature Bank di AS.

Sebagai informasi, Credit Suisse adalah perusahaan bank investasi dan jasa keuangan global yang didirikan dan berkantor pusat di Swiss. Saham Credit Suisse jatuh ke rekor terendah pada Rabu (15/3) setelah pemegang saham terbesarnya, Saudi National Bank, memutuskan tidak akan menyuntikkan lebih banyak dana ke bank Swiss yang sedang bermasalah itu.

Swiss National Bank (SNB) hari ini mengumumkan bahwa kondisi pasar keuangan Swiss tetap sehat. Bank sentral itu juga menegaskan bahwa semua bank di Swiss diharuskan untuk memenuhi atau melebihi syarat minimum standar Basel, sehingga efek negatif dari krisis ataupun shock akan terserap dengan baik.

SNB juga membantah rumor tentang Credit Suisse, sembari mengungkapkan kesiapan untuk menyokong Credit Suisse melalui likuiditas tambahan apabila hal itu diperlukan.

Hingga pukul 23:30 WIB, Kamis (16/3), Indeks Dolar AS yang mewakili kekuatan USD terhadap beberapa mata uang utama lainnya tercatat melemah 0.38% di kisaran level 104.33.

INDEKS DOLAR AS – TIME FRAME DAILY

Data ekonomi dari AS yang dirilis pada hari ini menunjukkan bahwa klaim pengangguran (Unemployment Claims) untuk periode pekan yang berakhir 11 Maret mencatatkan jumlah klaim sebanyak 192K. Angka itu lebih kecil dari ekspektasi 205K.

Sementara itu, European Central Bank (ECB) mengumumkan hasil rapat kebijakan moneter pada hari ini.

ECB menaikkan tiga suku bunga utama sebesar 50bps. Sehingga, suku bunga dari Main Refinancing, Marginal Lending Facility dan Deposit Facility masing-masing naik menjadi 3.50%, 3.75%, dan 3.00%.

Tidak ada referensi untuk pengetatan lebih lanjut dalam pertemuan mendatang. Sebaliknya dewan gubernur ECB akan melanjutkan dengan pendekatan yang bergantung pada data prospek inflasi, dinamika inflasi yang mendasarinya, dan kekuatan transmisi kebijakan moneter.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *