Rupiah kembali tak berdaya pada hari ini, Rabu (18/5), sejalan dengan pergerakan mayoritas mata uang Asia terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Surplus neraca perdagangan Indonesia yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin, tak mampu menopang rupiah. BPS melaporkan bahwa neraca perdagangan mencatat surplus sebesar US$7,56 miliar pada periode April 2022. Surplus terjadi beruntun selama 24 bulan terakhir.
Sementara itu, sentimen The Fed (bank sentral AS/Federal Reserve) tetap membayangi pergerakan mata uang Asia, termasuk rupiah. Apalagi setelah pernyataan pimpinan bank sentral AS, Jerome Powell, dalam wawancara dengan Wall Street Journal yang menegaskan upaya the Fed untuk mengendalikan inflasi. Pengetatan moneter AS tidak akan berhenti sebelum ada tanda-tanda inflasi akan turun.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 44 poin atau 0,30% ke level Rp 14.688,5 per dolar AS.
Kurs referensi Jisdor (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate) Bank Indonesia (BI) juga tertekan hari ini. Kurs Jisdor berada di level Rp 14.682 per dolar AS, melemah 0,21% dari sehari sebelumnya.
Di Asia, mayoritas mata uang melemah terhadap dolar AS. Hingga pukul 15:00 WIB, rupiah masih memimpin pelemahan. Disusul, baht Thailand yang melemah 0,26% dan yuan China yang terdepresiasi 0,22%.