Rupiah tertekan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Rabu (20/4), setelah menguat 2 hari beruntun sejak Senin (18/4). Sementara itu, pergerakan rupiah sejalan dengan sebagian mata uang Asia lainnya.
Rupiah mendapat tekanan dari melonjaknya tingkat yield (imbal hasil) US Treasury (obligasi AS). Imbal hasil tenor 10-tahun tercatat 2,940% pada Selasa (19/4). Padahal, pada akhir Maret 2022 lalu masih sebesar 2,34%.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot melemah 17 poin atau 12% ke level Rp 14.357 per dolar AS.
Kurs referensi Jisdor (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate) Bank Indonesia (BI) juga tak bertenaga hari ini. Kurs Jisdor berada di level Rp 14.351 per dolar AS, melemah 0,03% dibandingkan dengan posisi Selasa (19/4).
Hingga pukul 15.00 WIB, pergerakan mata uang Asia bervariasi terhadap dolar AS. Ringgit Malaysia menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam setelah merosot 0,82%. Disusul, yuan China yang terdepresiasi 0,36%.
Di sisi lain, yen Jepang menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah terkerek 0,19%. Diikuti, won Korea Selatan yang sudah ditutup menguat 0,05%.