Rupiah melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (2/2). Pergerakan rupiah sejalan dengan mayoritas mata uang Asia.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan hari ini bahwa tingkat inflasi inti Januari 2022 tercatat sebesar 0,42% secara bulanan (month-over-month/mom). Secara tahunan sebesar 1,84% yoy (year-over-year). Ini lebih tinggi dari catatan inflasi inti Desember 2021 yang sebesar 0,16% mom dan secara tahunan 1,56% yoy.
BPS mengatakan, peningkatan inflasi inti menunjukkan daya beli yang semakin membaik, didorong pendapatan dan peningkatan mobilitas masyarakat. Meningkatnya daya beli akan meningkatkan permintaan. Hal ini diharapkan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sementara itu, selain laporan inflasi, investor juga mencermati perkembangan terbaru kasus Covid-19 di Tanah Air. Jumlah kasus varian Omicron mengalami peningkatan secara signifikan dalam sepekan terakhir. Peningkatan itu dianggap sebagai imbas dari libur tahun baru setelah Omicron terdeteksi pertama kali di Indonesia pada 15 Desember 2021.
Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 25,7 poin atau 0,18% ke level Rp 14.356,5 per dolar AS.
Kurs referensi Jisdor (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate) Bank Indonesia (BI) malah menguat hari ini. Kurs Jisdor BI berada di level Rp 14.347 per dolar AS, menguat 0,31% dibandingkan Senin (31/1).