Dolar AS Lesu, Yen Jepang dan Frank Swiss Diburu Investor

Dolar AS kembali lesu terhadap beberapa mata uang utama lainnya hari ini, Selasa (30/11), akibat mencuatnya kekhawatiran atas varian baru Covid-19, Omicron. Di sisi lain, Euro mengambil peluang dari melemahnya USD. Euro juga mendapat dorongan dari rilis data inflasi (CPI) yang naik melebihi ekspektasi.

Eurostat melaporkan bahwa inflasi (CPI) tahunan Zona Euro di bulan November naik dari 4.1% ke angka 4.9%, melebihi ekspektasi 4.5%. Inflasi inti (Core CPI) tahunan juga naik dari 2.0% ke angka 2.6%, di atas perkiraan 2.3%.

Sementara itu, mata uang Yen Jepang (JPY) dan Frank Swiss (CHF) tengah melanjutkan penguatan dua hari beruntun sebelumnya terhadap Dolar AS. Dua mata uang yang masih dianggap safe-haven ini menjadi incaran investor di tengah kekhawatiran terhadap penyebaran Omicron.

Hingga pukul 20:20 WIB, Indeks Dolar AS terpantau melemah 0.48% di kisaran level 95.73. Sehari sebelumnya, Indeks Dolar mampu ditutup menguat 0.13% ke level 96.19.

Di saat bersamaan dengan pelemahan Indeks Dolar, USD/JPY tercatat merosot tajam 0.60% di posisi 112.85. Sedangkan, USD/CHF juga turun 0.52% di kisaran level 0.9177.

WHO memperingatkan risiko “sangat tinggi” dari lonjakan infeksi Omicron. Beberapa negara malah sudah memperketat kontrol perbatasan. Namun, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa AS tidak akan memberlakukan kembali lockdown. Ini setidaknya mampu menahan pelemahan Dolar AS.

Sementara itu, Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell masih memperkirakan inflasi akan surut selama tahun 2022, seiring penawaran dan permintaan yang akan menjadi lebih seimbang.

Meski begitu, Powell menambahkan pada Senin bahwa kenaikan kasus Covid-19 baru-baru ini dan munculnya varian Omicron menimbulkan risiko penurunan terhadap pasar tenaga kerja dan aktivitas ekonomi, serta meningkatkan ketidakpastian inflasi.

Analis Westpac berkomentar: “Tinjauan Omicron yang kurang berbahaya telah memungkinkan dolar memulihkan sebagian kerugiannya. Pembalikan yang agak mengecewakan di pasar global menunjukkan bahwa masih ada tingkat kekhawatiran yang tinggi atas varian tersebut. Namun, penguatan ekonomi AS yang berkelanjutan (dalam jangka menengah/panjang) masih akan menopang dolar AS.”

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *