Indeks Dolar Naik Tajam, Pasar Menunggu Data NFP

Dolar AS rebound tajam versus beberapa mata uang utama lainnya pada hari ini, Kamis (4/11). Sementara itu, pelaku pasar juga menantikan laporan ketenagakerjaan terbaru AS yang akan dirilis Jumat (5/11).

Hingga pukul 21:58 WIB, Indeks Dolar AS terpantau menguat 0.53 persen di kisaran level 94.35.

Adapun pada perdagangan Rabu (3/11), Indeks Dolar ditutup melemah 0.26 persen ke level 93.85.

Dolar AS bangkit lagi setelah kemarin sempat merosot menyusul putusan Federal Reserve (Fed/bank sentral AS) untuk mulai mengurangi (tapering) besaran program stimulus Quantitative Easing (QE) pada bulan ini. Pelaksanaannya akan berlanjut hingga Juni 2022.

Dini hari tadi (WIB) The Fed mengumumkan pemotongan bulanan $15 miliar dari nilai $120 miliar untuk pembelian (bulanan) treasuries dan sekuritas yang didukung hipotek. Namun, pimpinan The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa bank sentral tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga acuan.

Langkah ini pada awalnya dipandang menguntungkan untuk aset berisiko, dengan indeks Wall Street ditutup pada rekor tertinggi sementara dolar safe-haven turun tajam terhadap sekeranjang mata uang utama.

Tapi kemudian, secara perlahan, investor mengambil pandangan yang lebih seimbang tentang kebijakan moneter terbaru The Fed dan gambaran keseluruhan terhadap data yang optimis dari sektor jasa AS.

Sementara itu, Poundsterling yang sebelumnya bergerak naik terhadap USD usai pengumuman terbaru kebijakan The Fed, sekarang berbalik merosot tajam. Ini setelah Bank of England (BoE/bank sentral Inggris) ternyata tetap menjaga tingkat suku bunga. Ini diluar ekspektasi karena sebelumnya BoE mengisyaratkan kenaikan suku bunga yang lebih cepat di akhir tahun ini.

Analis TD Securities, James Rossiter, mengatakan: “Kebijakan BoE mengejutkan. Tampaknya mereka menjadi sedikit gugup dan telah beralih ke ketergantungan data (ekonomi).”

Sementara pasar memperkirakan kenaikan suku bunga BoE, ekonom yang disurvei oleh Reuters mengatakan langkah itu terlalu dekat untuk dilakukan. Inggris dan seperti bank-bank sentral lainnya, saat ini berusaha untuk menyeimbangkan upaya melawan inflasi tanpa mengorbankan pemulihan ekonomi.

Tinggalkan komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *